5 Perjalanan Maut Anak-Anak Untuk Sampai ke Sekolah

Menurut UNESCO, sekitar 57 juta anak-anak tidak bersekolah yang tersebar di seluruh dunia. Anak-anak yang tinggal di kota-kota besar dan di negara-negara maju tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk pergi ke sekolah. Bahkan ada beberapa dari mereka yang malas untuk pergi ke sekolah. Anak-anak yang tinggal di kota besar bisa di bilang di manjakan dengan segala fasilitas dan kemudahan untuk pergi ke sekolah. Ada bus antar jemput gratis, atau di antar oleh orang tua dengan kendaraan pribadi.

Tapi hal sebaliknya terjadi di sudut-sudut terpencil di planet ini, ada ratusan anak-anak yang tinggal di desa-desa terpencil yang sampai harus mempertaruhkan hidup mati mereka dengan cara  yang paling tak terbayangkan untuk hanya bisa pergi ke sekolah setiap harinya.

Berikut adalah 5 perjalanan yang mengancam jiwa yang di lakukan oleh anak-anak untuk bisa sampai ke sekolah yang tersebar di seluruh dunia.

1.Pelajar Pili, China

Pelajar Pili, China harus melewati tebing curam untuk ke sekolah.
Saat masa sekolah di mulai, ada pemandangan yang memilukan di sebuah desa terpencil di Xinjiang Uighur. Pejabat setempat akan mengawal sekitar 80 anak-anak sekolah dari desa-desa untuk menempuh perjalanan yang mengancam jiwa mereka sejauh 125 mil. Beberapa jalur yang diukir di sisi curam gunung hanya beberapa inci yang hanya cukup untuk pijakan kaki mereka. Mereka membutuhkan waktu dua hari penuh untuk bisa sampai ke asrama sekolah dari desa tempat mereka tinggal. Mereka harus menyebrangi empat sungai beku, jembatan sepanjang 3.25 km serta empat jembatan papan menakutkan. Dan semua ini mereka lakukan  untuk mendapatkan pendidikan.

2.Pelajar Kolombia
Pelajar di Kolombia harus flying fox untuk sampai ke sekolah.
Seorang fotografer bernama Christoph Otto mengambil gambar dari dua bersaudara bernama Daisy Mora dan kakanya Jamid yang harus meluncur di atas seutas kabel baja yang di buat membentang 800 meter di atas sungai. Selama 5 tahun, setiap harinya mereka harus melalui kabel baja tersebut dengan cara masuk ke dalam karung yang telah di buat oleh ayah mereka yang di atasnya terdapat katrol untuk mereka meluncur, saat tangan satu mereka berpegangan erat pada kantung karung, satu tangan lagi memegang alat untuk keseimbangan mereka saat meluncur hanya untuk dapat pergi ke sekolah. Mereka meluncur dengan kecepatan 50km/jam dalam waktu 1 menit.

3.Pelajar Desa Zhang Jiawan, China Selatan
Anak-anak di desa Zhiang harus melewati tangga curam yang licin untuk ke sekolah.
Di sini anak-anak harus mendaki sejumlah tangga kayu sempit yang tampak sangat tidak aman untuk bisa sampai ke sekolah. Anak-anak ini harus menempuh perjalanan berbahaya setiap harinya, dan mereka tidak memakai alat keselamatan apapun. Desa Zhang Jiawan terletak jauh di pegunungan Badagong dan medan tangga yang mereka lewati selalu di tetesi embun di setiap sisinya. Hal itu membuat anak tangga menjadi licin. Satu-satunya cara lain untuk mencapai ke sekolah adalah dengan memutar jalan lintas negara yang akan membutuhkan waktu 4 jam. Demi pendidikan, orang tua harus khawatir kepada anak-anak mereka setiap harinya.

4.Pelajar Lebak, Indonesia
Anak-anak di Lebak harus menggunakan jembatan curam untuk sampai ke sekolah.
Anak-anak dari desa Sanghiang Tanjung di Indonesia yang tinggal di seberang sungai Ciberang harus menyebrangi jembatan rusak setiap harinya untuk bisa sampai ke sekolah karena letaknya yang berada di seberang sungai tempat mereka tinggal. Sebenarnya ada jembatan alternatif lain tetapi membutuhkan waktu 30 menit dengan berjalan kaki untuk mencapainya. Jadi anak-anak lebih memilih menggunakan jembatan lama yang rusak untuk menyebrang dan tanpa di lengkapi alat pengaman apapun. Mereka berjalan perlahan-lahan, kadang ada yang berteriak sepatu mereka tergelincir. Setelah cerita anak-anak pemberani ini mengambil perjalanan berbahaya untuk dapat pergi ke sekolah tersebar diseluruh negeri, membuat salah satu produsen baja kenamaan  yang bekerjasama dengan beberapa LSM mengambil tindakan dengan membuatkan jembatan baru yang lebih aman untuk anak-anak.

5.Pelajar Gulu, China
Pelajar Gulu, harus menempuh jalur zig zag tebing untuk sampai ke sekolah.
Desa pegunungan Gulu terletak di tebing menjorok jauh dari Dadu River Canyon. Orang-orang yang tinggal di desa ini sering disebut sebagai kelompok etnis Yi. Untuk anak-anak yang tinggal di desa, jalan untuk sampai ke sekolah adalah melalui jalur zigzag berbahaya sepanjang tebing menjorok. Sekolah Dasar adalah salah satu bangunan terbaik yang dibangun di seluruh desa. Mreka bahkan telah membuat lapangan basket di lahan kosong di depan sekolah. Anak-anak bermain basket di sana tanpa jaring dan tanpa menembak bola, karena bola dapat meluncur turun gunung dan mereka mungkin akan kehilangan bola untuk selamanya.

Sumber: Wonderslist.

0 komentar:

Posting Komentar